INFORMASI


-- Untuk kenyamanan Anda, Kami informasikan bahwa Kami akan merespon Pesanan, Pembayaran dan Status Pengiriman Pesanan Anda sekurang-kurangnya 1 x 24 jam. Terima Kasih. --

PENCARIAN

16 Januari 2010

Bisnis Distro Dari Distro Online Hingga Pasar Eropa



Industri Clothing yang ditandai dengan kemunculan distro-distro di Bandung awalnya tumbuh dari semangat independensi akan ketergantungan fashion Import. Kini produk distro tidak hanya di temui di Tanah Air, tetapi juga di Eropa hingga Nagoya, Jepang.

Jika suatu hari nanti Anda berjalan-jalan ke Eropa dan menemukan kaus merek Filt, jangan buru-buru meng-klaim itu oleh-oleh dari luar negeri. Ternyata Filt adalah merek dagang yang diadaptasi dari brand lokal asal Bandung, yaitu Firebolt.

Label clothing yang memiliki outlet di Cihampelas Walk ini mulai 2010 melebarkan sayapnya ke Uni Eropa. "Shipping (pengiriman) pertama kemarin ada 600 kaus, Januari ini akan dikirim 2000 kaus, lalu 10.ooo kaus di Agustus depan." Ujar Ahmad Maizir, Manajer Umum Firebolt.

Produk-produk Firebolt selama ini dikenal dengan ciri utamanya yang berkarakter ekologi dan lingkungan hidup. Keunikan inilah yang mengantarkan produk-produk dari label yang berdiri resmi pada 2001 ini bisa diterima di Uni Eropa-pasar yang selama ini dikenal selektif dan eksklusif.

Tentunya, produk kaus yang laku dijual di wilayah Uni Eropa bukanlah sembarangan. Ahmad menjelaskan, kaus-kaus yang dipesan melalui affiliasi jaringan Uni Eropa yang bermarkas di Belanda ini adalah jenis T-shirt organik.

Kaus jenis ini 100 persen terbuat dari bahan organik. Kainnya dihasilkan dari perkebunan kapas di Indonesia yang belum ada; label harga memakai kerta daur ulang; selain itu, juga tidak memakai sulfur. Bahkan, tali yang digunakan berasal dari pelepah pisang. Produk ini telah mendapat sertifikat internasional di Belanda.

"Hanya, disana (Eropa) merek dagangan pakai Filt, bukan Firebolt. Ya, ini semata-mata persoalan teknis karena merek Firebolt dilarang digunakan disana karena nama merek ini sudah dimiliki Hrley-Davidson. HD Eropa melarang kami menggunakan nama merek yang sama," kata alumnus Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Pendidikan Indonesia ini.

Sebelum Firebolt, beberapa distro asal Bandung telah lebih dulu menapaki pasar internasional, diantaranya 347, Airplane Systm, dan Ouval Research. Produk Aiplane Systm, seperti diungkapkan pemiliknya Tubagus Fiki Chikara Satari (33), telah diekspor ke lebih dari sepuluh negara.

"Peluang pengembangan pasar sebetulnya masih terbuka lebar. Maka, kami pun tidak cemas dengan adanya pasar bebas ASEAN-China," tutur Rizki M Yanuar (33), salah satu pemilik Ouval Research.

Menggandeng MTV

Untuk mendobrak pasar internasional, Ouval melakukan strategi jitu dengan menggandeng MTV dan para video jockey (VJ) sebagai ajang promosi. Kaus, celana, ataupun topi berlabel Ouval beberapa kali mejeng di tubuh para VJ MTV.

Tak ayal, label yang memiliki tujuh cabang di Tanah Air ini pun mulai digandrungi anak muda dan memiliki nama harum di berbagai kota. "Insya Allah, sudah ada investor di luar negeri yang menginginkan franchise Ouval. Tahun ini mudah-mudahan sudah bisa berdiri," katanya.

Yang membanggakan, kesuksesan ini tidak lantas diraih berkat modal besar. Seperti diungkapkan Rizki, modal awalsaat mendirikan Ouval hanya Rp. 200.000,-. Saat itu produk yang dihasilkan hanya jaket yang didistribusikan terbatas di kerabat-kerabatnya.

"Yang terpenting adalah inovasi. Asalkan produk kita khas dan punya keunikan, Insya Allah akan terus dicari konsumen," tutur alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran ini.

Reza Pamungkas, Project Director Independent Network Indonesia, mengatakan, fenomena pesatnya industri clothing merupakan bukti tingginya nasionalisme anak-anak muda di Tanah Air. "Dengan bahasa tersendiri, ketika memakai produk clothing, mereka sadar tidak sadar telah menyatakan bangga dengan produk Indonesia," ucapnya.

Terkait hal ini, untuk lebih mengenalkan potensi clothing di Tanah Air, Independent Network Indonesia tengah merencanakan konser dan pameran distro di Nagoya. "Bahasa indahnya, kami ingin mengenalkan tren clothing di sana seperti halnya yang pernah dilakukan Jepang dengan harajukunya," katanya.

Sumber : Kompas

0 comments: